1. Pengeringan Kayu (Kiln Drying)
Proses penting untuk mengurangi kadar air di dalam kayu hingga tingkat yang sesuai (biasanya antara 8-14% untuk kayu ekspor). Metode pengeringan:
- Pengeringan Alami (Air Drying): Kayu dijemur di bawah sinar matahari secara alami. Namun, proses ini membutuhkan waktu lama dan tergantung pada kondisi cuaca.
- Pengeringan Buatan (Kiln Drying): Menggunakan oven khusus untuk mengeringkan kayu dalam waktu yang lebih singkat. Pengeringan kiln lebih dikontrol dan dapat menghasilkan kayu dengan kadar air yang sesuai standar internasional, mengurangi risiko retak dan deformasi saat kayu diekspor ke negara dengan iklim berbeda.Kayu yang digunakan bronhos menggunakan metode kiln drying
2. Pengawetan Kayu
Bertujuan melindungi kayu dari serangan hama, jamur, dan kerusakan akibat kondisi cuaca. Beberapa metode pengawetan:
- Penggunaan Bahan Kimia (Preservative Treatment): Kayu direndam atau disuntik dengan bahan kimia yang mengandung pengawet seperti boron, CCA (Chromated Copper Arsenate), atau bahan organik lainnya untuk melindunginya dari serangan rayap dan jamur.
- Pengawetan Vakum-Pressure: Kayu ditempatkan dalam ruang hampa, kemudian diisi dengan bahan pengawet menggunakan tekanan tinggi untuk memastikan pengawet meresap hingga ke bagian dalam kayu.
3. Penyortiran (Grading)
Untuk memisahkan kayu berdasarkan kualitasnya. Grading meliputi penilaian terhadap ketahanan kayu, pola serat, tekstur, dan cacat fisik seperti retak, simpul, atau cacat lainnya.
4. Proses Laminasi (Laminated Timber)
Laminasi adalah proses menyusun lapisan-lapisan kayu tipis yang direkatkan menjadi satu untuk menghasilkan kayu yang lebih kuat dan stabil secara struktural.
5. Pengasapan (Wood Smoking)
Beberapa jenis kayu, menjalani proses pengasapan untuk meningkatkan warna, tekstur, dan ketahanan terhadap serangan hama. Proses ini juga membantu meningkatkan daya tarik estetika kayu, menjadikannya lebih menarik.
6. Termodifikasi Kayu (Thermal Modification)
Ini adalah proses yang menggunakan suhu tinggi (sekitar 180-220°C) untuk memodifikasi sifat-sifat kayu tanpa bahan kimia tambahan. Proses ini meningkatkan daya tahan kayu terhadap kelembaban, jamur, dan serangan serangga, serta meningkatkan stabilitas dimensi kayu.
7. Finishing dan Coating
Proses finishing seperti pengamplasan, pengecatan, atau pelapisan dengan bahan pelindung (coating) membantu melindungi kayu dari kerusakan akibat kelembaban, sinar UV, dan keausan.
8. Penggunaan Kayu Terpercaya (Sertifikasi)
Sertifikasi kayu seperti FSC (Forest Stewardship Council) atau PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification) memberikan jaminan bahwa kayu berasal dari sumber yang dikelola secara berkelanjutan.
9. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pemeriksaan kualitas secara berkala selama proses produksi. Setiap tahapan, mulai dari pemotongan, pengeringan, hingga finishing, harus melalui pemeriksaan kualitas untuk memastikan bahwa kayu memenuhi standar yang diinginkan.
10. Impegranasi (Impregnation)
Proses ini melibatkan penetrasi bahan kimia ke dalam kayu untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, jamur, dan hama. Kayu yang diimpegrasi sering digunakan untuk aplikasi luar ruang, seperti decking atau komponen bangunan eksterior.